Sabtu, 07 April 2012

Dataran Tinggi Dieng Konon menjadi tempat bersemayam para Dewa dan Dewi, (Abode of The Gods).

Semilir angin berhembus mesra, bertiup disela sela ranting pohon, dan berhembus kebawah dengan menggoyangkan rumput ilalang. Sang surya dari ufuk timur dengan warna keemasanya tak luput menyinari Dataran Tinggi Dieng.

Sementara itu burung burung bersiul, bernyanyi dan menari berdendang irama cinta, Takjub pada keindahan Dieng ini, bak kepingan Surga.

Oh, ... Ini adalah langkah perdana menghembuskan nafas kerinduan di Bumi Khayangan Dieng, orang orang terus menatapku ...

Seorang ibu, ia adalah perempuan perkasa di Dataran Tinggi Dieng. Menatap tanpa malu, berjalan dengan tegap dengan sebongkah kayu di pundaknya.

Ndieng, dan bukan Dieng itu hanya pengucapan sebuah lafal di logat ngapak, selalu berimbuhan N ataupun M.

Sesekali aku tenggok kebelakang, kelompok anak kecil berlarian bebas tertawa, dan beban. Beberapa kupu kupu berterbangan di bumi Dataran Tinggi Dieng, lalu anak anak itu mengejarnya ...

Musim kemarau telah tiba di Dataran Tinggi Dieng, musim tanam dan aktifitas petani itu, yah ini adalah dieng sebagai komoditas kentas dan sayur mayur terbesar. Dengan kondisi lahan yang subur, penduduk dieng hidup dengan makmur.

Kenapa kita harus lewatkan ini ? Dieng "Abode of The Gods" ini benar benar kepingan surga yang menjelma nyata di belahan bumi, datanglah kesini. Dan Dataran Tinggi Dieng akan memberikan tawaran keindahan, taukah kamu?

Sebuah telaga warna dengan pantulan warna air, Kawah Sikidang, Telaga Pengilon dan Tuk bimo lukar !

Itu adalah bagaian dari Keindahan Dataran Tinggi Dieng, sebagai wujud nyata dan bukan DONGENG !